Selasa, Januari 20, 2009

GMKI dan Peradaban Bangsa Abad 21




GMKI sebagai organisasi yang memiliki ciri kegerakan-kemahasiswaan-kekristenan-keindonesiaan tidak berdiri dengan sendirinya, atau dengan kata lain sebenarnya bukanlah produk sosial yang murni berasal dari rakyat Indonesia. Melainkan kehadiran GMKI di bumi pertiwi karena didorong oleh adanya kesadaran politik yang merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terhadap problematika dari berbagai aspek kehidupan. Kesadaran ini timbul sebagai respon oleh adanya suatu realitas yang dianggap tidak sesuai dengan peradaban dan nilai-nilai keadilan sosial.

Berdirinya GMKI tidak terlepas dari tuntutan kemajuan intelektualitas khususnya kalangan pemuda seiring perkembangan peradaban yang berimplikasi pada hasrat perwujudan suatu cita-cita yang direalisasikan melalui visi dan misinya. Jikalau tidak terjadi dampak perubahan peradaban saat itu seperti kolonialisme dan pembodohan bahkan penindasan yang merugikan, baik yang disebabkan pengaruh luar negeri maupun dalam negeri maka logikanya tidak akan timbul suatu kesadaran intelektual. Hal ini berarti suatu peradaban sebagai pemicu aksi dan direspon oleh suatu reaksi. Secara ilmiah dan universal, sudah seharusnya kondisi ini terjadi. Tidak lain dapat dianalogikan sama seperti timbulnya respon gaya reaksi suatu materi akibat suatu gaya aksi yang diberikan, berdasarkan Hukum III Newton.

Peradaban terus mengalami perubahan atau perkembangan. Suka atau tidak suka dan sadar atau tidak sadar dampak positif maupun negatif peradaban dirasakan semua umat manusia karena sudah menjadi bagian dari kehidupan. Sedangkan bumi saja sebagai tempat tinggal bagi kehidupan manusia terus mengalami perubahan yang disebut geodinamika, yang ditandai terjadinya bencana alam baik di bagian atmosfer, litosfer, maupun hidrosfer. Di dalam kehidupan manusia yang menempati bumi ini, manusia sudah banyak menciptakan sejarah peradabannya, baik awal mula timbulnya ilmu pengetahuan yaitu pengenalan api untuk dibudidayakan. Berangkat dari penemuan ini, kemudian manusia mengalami perkembangan intelegensi sehingga sebagian dari manusia tersebut mampu mewujudnyatakan imajinasinya melalui hipotesa-hipotesa, teori-teori, bahkan postulat-postulat sampai kepada penerapannya dalam teknologi.

Perkembangan ini turut mewarnai segala aspek kehidupan manusia dan berimplikasi terhadap peradabannya seperti peradaban Mesir kuno, Yunani kuno, Romawi kuno dan sebagainya diseluruh penjuru dunia. Tidak terlepas dari hal itu, di dalam peradabannya, peperangan juga terjadi dimana-mana untuk mempertahankan paham idealisme. Kita masih ingat bagaimana porak-porandanya negara adi daya Uni Soviet yang hancur berkeping-keping, terpecahnya Jerman, hilangnya sebuah negara yang bernama Yugoslavia, dan berbagai kudeta baik yang pernah terjadi di Mexico dan negara-negara lainnya. Bahkan kolonialisme dari bangsa asing pernah terjadi di Indonesia. Ini tidak dapat dipungkiri, bahwa peperangan juga realita bagian dari peradaban yang dapat mengubah aspek politik, sosial, dan ekonomi bangsa kita karena terjadi pembodohan, penindasan, dan kemiskinan.

Dewasa ini yang menjadi tantangan bagi bangsa adalah globaliasi. Berbagai fenomena yang ditakuti dan tidak diinginkan dapat terjadi, seperti ketidakadilan global, kemiskinan, kemunduran moral, dan tantangan persaingan dalam dunia kerja. Khusus fenomena kemunduran moral, hal ini kerap kali dianalogikan sama seperti Teori Evolusi Charles Darwin yang digambarkan degan grafik perubahan fisiologi spesies manusia secara simetrikal. Berawal dari spesies kera, homo sapiens, seterusnya dan perlahan-lahan kembali pada fisiologi kera. Kemunduran moral inilah sebenarnya yang menjadi tantangan utama dalam masa-masa globalisasi.

Akankah bangsa ini menjadi bagian bangsa di dunia yang tidak berdaya dari perubahan peradaban dan tidak mampu membangun peradaban ??????

Bagaimanakah awalnya pemuda bangsa merespon perkembangan peradaban ?

Saat ini kerap kali eksistensi GMKI dipertanyakan : ”Masih adakah GMKI ?” Memang pertanyaan tersebut mungkin saja muncul dari kalangan komunitas yang peduli dengan kehidupan dan penghidupan GMKI khususnya komunitas kristiani, tetapi mungkin juga muncul dari kalangan komunitas kristiani yang kurang peduli karena berbagai faktor, salah satunya yaitu karena ketidakpedulian terhadap wacana politik. Padahal, awal timbulnya pergerakan kepemudaan seperti Budi Utomo (1908) yang berkontribusi terhadap perjuangan kemerdekaan adalah karena pada masa itu adanya realitas politik berupa berlangsungnya proses pembodohan dan penindasan secara struktural yang dilakukan Belanda. Jikalau wacana politik ini tidak dipahami maka pemuda-pemuda saat itu tidak memiliki kesadaran perjuangan melalui peningkatan intelektualitasnya untuk mengemansipasi bangsa Indonesia. Jadi, untuk merespon perubahan peradaban perlu juga adanya suatu pemahaman terhadap realitas politik secara intelektual.

Intelektualitas yang bagaimanakah yang seharusnya dikembangkan untuk merespon dan membangun peradaban bangsa?

Sebenarnya GMKI hadir sebagai anak kandung gereja yang berfungsi sebagai perpanjangan tangan gereja. Tujuan utama didirikannya GMKI adalah melaksanakan tugas dan panggilan gereja untuk menghadirkan syaloom Allah di kampus. Untuk menghadirkan syaloom Allah di kampus, maka kegiatan pokok GMKI yang tertulis dalam penjelasan Anggaran Dasar (AD) GMKI adalah melakukan Penelaahan Alkitab (PA). Dalam penjelasan AD secara ekspilisit tertulis “jikalau GMKI meninggalkan kegiatan PA maka akan terjadi erosi dalam tubuh GMKI”. Kegiatan inilah sebenarnya perwujudan utama dari ciri kekristenan GMKI.

GMKI akan kehilangan esensinya sebagai perpanjangan tangan Gereja di tiga medan pelayanannya apabila tanpa pertimbangan pertumbuhan rohani. Akan tetapi, pertumbuhan rohani yang dimaksud bukanlah sekadar pemahaman Alkitab vertikal saja. Tetapi juga secara horizontal, artinya pemahaman Alkitab yang mendalam diharapkan juga perlu sumbangsih pemikiran dan tindakan yang konkrit dalam membangun peradaban bangsa yang baik. Sama halnya dengan Sang Kepala Gerakan kita yang juga hadir sebagai manusia seutuhnya diperhadapkan pada suatu peradaban manusia dan suatu budaya. Yesus Kristus merupakan tokoh sentral dunia, khususnya kalangan kristiani. Dia tidak menutup diri dari hal horizontal relation dan dengan mengikutsertakan kekuatan ilahi dan pengorbanannya maka Dia mampu memberi arti kedamaian, kebenaran, keadilan, dan keutuhan ciptaan bagi peradaban manusia.

GMKI dalam kanca nasional maupun daerah memang benar dianggap pemerintah sebagai representasi mahasiswa kristen. Tak heran juga sebagian masyarakat maupun pemerintah masih mencitrakan organisasi kristiani ini juga sebagai bagian dari ormas yang turut berwacana dalam hal politik. Jikalau ada persoalan bangsa, utamanya dalam urusan politik, pemerintah menganggap GMKI sebagai representasi mahasiswa Kristen. Seperti kata pendiri GMKI, Dr. J. Leimena,” GMKI berdiri di tengah-tengah dua proklamasi : Proklamasi Kemerdekaan RI dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan Injilnya.

Di dalam konteks GMKI dikenal adanya tri panji : tinggi iman, tinggi ilmu, dan tinggi pengabdian. Ketiga hal ini perlu diperhatikan keseimbangan perwujudannya. Dalam menumbuhkan intelektualitas sebaiknya didasarkan pada iman kristiani sebelum diimplementasikan dalam bentuk suatu pengabdian. Jadi, kader GMKI tidak seharusnya memiliki intelektual tanpa disertai keseimbangan iman dan pengabdian. Hal ini memang mustahil tercapai dengan sempurna, tetapi setidaknya paradigma seperti ini sudah harus dipahami dalam kaitannya untuk merespon perubahan peradaban agar GMKI tidak kehilangan arah di tengah-tengah globalisasi.

Mengamati globalisasi yang tidak terelakkan dan juga berimplikasi terhadap perubahan etika, maka GMKI harus konsisten terhadap visi dan misinya sebagai arah atau cita-cita pertumbuhan intelektualitasnya. Konsistensi visi dan misi ini dilakukan secara tepat. Nelson Mandela pernah mengatakan bahwa visi tanpa misi adalah mimpi. Visi dengan misi dapat mengubah dunia. GMKI memiliki visi dan misi yang jelas dan mulia. Dengan demikian berarti GMKI harus dapat mengubah dunia dan membangun peradaban. Kader GMKI yang visioner dan misioner memiliki hidup sederhana tetapi memiliki dampak global menuju terciptanya masyarakat yang beradab. Inilah yang dimaksudkan sebagai kader GMKI yang memiliki integritas dengan bercirikan ketaatan terhadap visi dan misinya yang mulia. Sehingga dengan demikian GMKI diharapkan turut membangun peradaban dan tidak hanya sekedar mengikuti peradaban.

“Go confidently in the direction of your dreams. Live the life you have imagined“. Henry David Thorean.
By : Henry Nainggolan

Related Article...



0 komentar:

Posting Komentar

---------------------------------------------------------------------

ADMIN ONLINE STATUS

GMKI Bdg
Henry

Peta Alamat Sekretariat GMKI Bandung

Lihat Semua Arsip

BUKOM ONLINE

Ekspresikan diri Anda buat rekan2 GMKI'ers melalui Bukom Online dibawah ini.
Pasang emoticon, klik tanda +

Tulis pesan, kritik, dan saran Anda



Back to TOP